Negosiasi

Juni 07, 2016 Unknown 0 Comments




Manusia akan berhadapan dengan konflik sepanjang ia hidup. Lalu bagaimana manusia bereaksi terhadap konflik? Terdapat empat reaksi umum saat manusia dihadapkan dengan konflik. 

1.       Forcing : penggunaan power dan posisi (lebih tua, lebih muda, lebih kaya, dll)
2.       Avoidance: let the problem pass
3.       Negotiation: win-lose or win-win
4.       Assisted negotiation: mengundang pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik

The golden rule of negotiation:
People will not negotiate with you unless they believe you can help them or hurt them.
Contoh sederhana: ketika kita sedang berjalan, berharap ada yang memberikan tumpangan sampai tujuan kita. Para penggendara tidak akan menolong/memberikan tumpangan karena :
-          Kita tidak dapat melukai penggendara
-          Kita tidak dapat membantu penggendara
Ini menunjukkan bahwa kita berada di posisi yang lemah dan tidak ada incentive untuk penggendara bernegosiasi dengan kita.  Berbeda posisinya jika ada pengendara yang berhenti dan bertanya arah.
-          Kita membutuhkan tumpangan
-          Penggendara membutuhkan informasi arah

Negosiasi dapat terjadi karena kita dapat menolong penggendara, dan kita bisa mendapatkan tumpangan.

Major traps of negotiation:
1.       Lose-lose negotiation: leaving money on the table
2.    Winner’s curse: settling for too little à terjadi karena salah satu pihak mendapatkan sedikit informasi (paling sering terjadi)
3.       Hubris: walking away from the table
4.       Agreement bias: settling for terms that are worse than your current situation

Dalam kenyataannya, yang paling sering terjadi ketika ketika bernegosiasi adalah winner’s curse dan agreement bias. Lalu bagaimana solusinya? Mari kita liat contoh berikut:
Kakak dan adik menginginkan 1 buah jeruk, kebanyakan orang tua akan membagi jeruk sama besar, sehingga masing-masing mendapatkan setengah bagian dan kakak-adik ini tidak puas. Apakah ini benar? Orang tua sebagai mediator harusnya menanyakan terlebih dahulu  apa tujuan dari masing-masing pihak terhadap jeruk tersebut. Kakak ternyata menginginkan buahnya untuk dimakan dan adik menginginkan kulitnya untuk dijadikan mainan.

“Let’s think about why (interest) not what (position)”

Contohnya pada pertikaian antara Mesir dan Israel terkait Semenanjung Sinai. Pada tahun 1978, Mesir dan Israel melakukan negosiasi di Camp David, Mesir menginginkan Israel untuk mengembalikan Semenanjung Sinai ke Mesir dan Israel bersikukuh untuk tidak memberikannya. Akhirnya dimediasi dan ditawarkan untuk masing-masing pihak memiliki sebagian Semenanjung Sinai (dibagi dua sama besar) yang mana tidak disetujui oleh kedua belah pihak. Selama pertikaian didefinisikan sebagai “besar bagian” tanah yang dapat dimiliki masing-masing pihak, kesepakatan tidak akan pernah terjadi. 

Ketika negotiator melakukan tawar menawar terhadap posisi, maka mereka akan tetap mempertahankan posisi. Pada kasus Semananjung Sinai, akhirnya kedua belah pihak menyadari interest masing-masing (mengapa mereka membutuhkan Semenanjung Sinai): Israel membutuhkan Sinai dengan alasan keamanan sedangkan Mesir membutuhkan Sinai dengan alasan kedaulatan Negara. Akhirnya ditemukan kesepakatan dimana Israel akan mengembalikan Sinai kepada Mesir dengan jaminan bahwa zona demilitarisasi dan pangkalan udara Israel di Sinai tidak akan diganggu oleh Mesir. 

Kedua contoh diatas merupakan bentuk solusi berupa pendekatan distributive untuk winner’s curse dan agreement bias. Lalu bagaimana caranya menentukan value yang ingin kita claim? Caranya dengan menentukan BATNA, Reservation Price dan Aspiration Price (gambar 1). Ketika kita membuka harga atau penawaran, dibuka dengan membuka nilai aspirasi (Aspiration Price) lalu hasil negosiasi haruslah berada di nilai reservasi yang telah kita tentukan, sedangkan BATNA (best alternative to a negotiated agreement) merupakan value yang kita dapatkan jika tidak tercapai kesepakatan saat bernegosiasi. Misal, saat membeli baju di pasar baru, harga dari pedangang sebelum ditawar adalah 150rb. Sebagai calon pembeli yang sudah mawas (mengumpulkan banyak informasi sebelum membeli dan menawar) kita menawar pertama kali diharga 75rb, namun pedangan menolak, lalu kita menaikkan tawaran menjadi 100rb dan pedangang tetap tidak memberi, lalu kita pergi (tidak terjadi kesepakatan). Nilai 75rb adalah nilai aspirasi kita, 100rb merupakan nilai reservasi, berapa BATNA kita? BATNA kita adalah nilai dari alternative pilihan, dalam hal ini misalkan, setelah mengumpulkan informasi kita tahu bahwa toko sebelah menjual baju tersebut dengan harga 120rb, ini adalah BATNA kita. 

Dalam bernegosiasi, BATNA tidak diumbar kepada pihak lain, BATNA ini akan membantu kita menetukan titik dimana kita dapat mengatakan tidak untuk nilai yang diajukan. Jika kita tidak menentukan BATNA, maka kita tidak memiliki banyak bargaining power


Strategi fundamental untuk bernegosiasi:
- Arahkan negosiasi dekat pada titik resistance lawan;
- Arahkan agar pihak lawan merubah titik resistance-nya;
- Jika daerah agreement adalah negatif, ubah titik resistance;
- Yakinkan lawan bahwa tawaran Anda adalah penyelesaian terbaik untuknya

Hardball tactics
Are designed to pressure targeted parties to do things they would not otherwise do. Taktik ini bekerja efektif pada pihak yang tidak memiliki persiapan untuk bernegosiasi. Yang termasuk kedalam hardball tactics adalah
1.       Good Cop/ Bad Cop
Salah satu teknik interograsi polisi. Negotiators using this tactic can become so involve with their game and act they fail to concentrate on obtaining their goals.
2.       Lowball/ Highball
Starts with a ridiculously high/low opening offer that know they will never achieve. The tactics goal is have the other party reevaluate their opening offer and move closer to the resistance point. The risk is the other party will think negotiating is a waste of time
3.       Bogey
When a negotiator pretends an issue important and it is not. It only works well IF they pick a issue that is important to the other side.
4.       The Nibble
Is a tactic used to get small concession without negotiating. The concession is too small to lose the deal over, but large enough to upset the other side.
5.       Chicken
Negotiators who use this tactic combine a large bluff and threaten actions.A high stakes gamble.
6.       Intimidation
It is guilt, anger, legitimacy, fear, what ever gives you power over the other party. If you are making a concession, because you assume the other party is more powerful, or simply accepts the legitimacy of the other negotiator.
7.       Aggressive Behavior
Similar like intimidation accept it is the relentless pushing
8.       Snow Job
Is the Governments favorite tactic when releasing information to the public. It is the overwhelming of information that you have trouble determining which facts are real or important.

Bagaimana dealing dengan pihak lawan yang menggunakan hardball tactics? Ada 4 opsi, yaitu: ignore, discuss, respond in kind and co-optional the other party (berteman dengan pihak lawan).

Sebagai negotiator yang mawas, sebelum bernegosiasi akan mencari informasi sebanyak-banyak mengenai interest lawan dan tidak overconfidence. Selain itu, orang yang mawas akan berusaha memperbesar pie negosiasi lalu mendapatkan porsi yang sesuai dengan kebutuhannya.  

Selamat bernegosiasi! ~~~

0 comments: