Agar puisi dapat dinikmati
OLA HOLA !
Ditaman-
Keramaian menambah warna pagi
Wajah - wajah itu secerah matahari
Tak terkecuali tiga remaja:
berbagi - bercerita - bersenda gurau
Hingga matahari tepat diatas taman.
(ceritanya mencoba membuat puisi :) )
--------------------------------------------------
Minggu pagi, kelas nirwasita dimulai dari menjawab sebuah pertanyaan,
kapan suatu tulisan dikatakan sebuah puisi?
1. ketika memiliki banyak makna
2. membutuhkan usaha yang lebih untuk memahami nya
3. kata-katanya spesial
Menurut Bogi (narsum), semua jawaban ini benar. Lalu bagaimana cara kita bisa menikmati puisi-puisi-puisi yang sudah di cirikan diatas- ? Menurut Sapardi Djoko Damono, dalam bukunya Bilang begini, maksudnya begitu, untuk memahami puisi, kita harus melewati banyak gerbang untuk sampai memahami makna puisinya,,, dimulai dari memahami bahwa puisi itu memiliki citra visual, puisi memiliki citra bunyi, puisi memiliki makna.
Puisi memiliki citra visual
Si John Periang adalah seorang pesuruh di Pasar Petani dan
tinggal di Bukit Babilonia di sebuah gubuk yang tak ber-
nomor
Pada suatu malam ia pergi ke Warung Dua Puluh November
Ia minum
Ia menyanyi
Ia menari
Kemudian ia menceburkan diri ke dalam Telaga Rodrigo de
Freitas dan tenggelam
Puisi, seperti layaknya karya seni, memiliki citra visual yang dibentuk oleh penulis. Apakah kalian menyadari bahwa cuplikan puisi diatas berasal dari berita di koran yang memberitakan bahwa John meninggal dengan cara bunuh diri menenggelamkan diri di telaga. Yang mana aslinya:
Si John Periang adalah seorang pesuruh di Pasar Petani dan tinggal di Bukit Babilonia di sebuah gubuk yang tak bernomor. Pada suatu malam ia pergi ke Warung Dua Puluh November, bersenang-senang, minum, menyanyi dan menari. Kemudian ia menceburkan diri ke dalam Telaga Rodrigo de Freitas dan tenggelam.
Sama layaknya dengan ketika kita melihat cover dari buku, menarik atau tidaknya buku kita nilai pertama dari visual covernya. Citra visual puisi dapat dibentuk dengan spasi ataupun bentuk tulisan. seperti:
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
v
viva pancasila!
Indah kan??? dari sebuah tulisan dikoran, kita dapat mengubahnya menjadi puisi, hanya dengan bermain di tampilan tulisannya.
Puisi memiliki citra bunyi
Puisi memiliki bunyi yang berbeda dan mari kita cari citra bunyi dari setiap puisi agar bisa kita nikmati indahnya puisi tersebut.
Terlipat
Terikat,
Engkau mencari
Terang matahari
Melambai
Melombai
Engkau beringin
Digerak angin.
Terhibur
Terlipur,
Engkau bermalam
Di pinggir kolam.
Mengeram
Mendendam,
Engkau ditimbun
Sejuknya embun.
(dibaca dulu yyuuuuukk)
amati, ada citra visual yang ditampilkan penyair,
dan citra bunyi yang ada dengan cara dibunyikan.
at-at-ri-ri
ai-ai-in-in
ur-ur-lam-lam
am-am-un-un
ber-rima yang cukup unik bukan? seolah belum cukup, Sapardi memberikan contoh lainnya:
Bayu berpuput alun digulung
Banyu direbut buih dibubung
Selat Malaka ombaknya memecah
Pukul-memukul belah-membelah
kira-kira apa bunyi yang ditampilkan penyair? *bunyi gemuruhnya ombak* (my 2cents)
Puisi memiliki makna
Setelah kita melihat citra visual dan citra bunyi, sekarang mari kita coba pahami makna nya. Puisi memiliki 2 makna, leksikal dan kiasan. Makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya dari kata-kata yang disampaikan. Makna kiasan merupakan makna tersirat yang dituliskan oleh penyair.
Pukul anam nyang pagi-pagi,
Datang samua bala kompani;
Dari Senen dan Meester lagi,
Tambur dan musik pada berbunyi.
Bala itu sepanjang jalan,
Dibariskan ada dengan aturan;
Prenta itu dengan kebetulan,
Semua ada dalam pelajaran.
Barisan kampung dengan tumbaknya,
Tuan asisten ada komandannya;
Di Mangga Besar betul jambatannya,
Di situ mulai sambungnya.
Mayor, kapten, dan litnan China,
Semua bangsanya baris disana;
Kaya, miskin, dan nyang terhina,
Hormat nyang patut dengan sempurna.
Di ujung barisan China ini,
Soldadu polisi satu kompani,
Dapat prenta biar begini,
Sepanjang barisan disambungi.
mari amati, citra visual dan citra bunyinya yaaa!
makna apa yang kalian dapatkan?
menurut saya, penulis ingin menggambarkan sebuah keadaan, siapa saja yang ada disana, bagaimana mereka berbaris, ada apa disana dan dimana terjadinya. *makna leksikal lebih kuat dibandingkan dengan makna kiasannya*
lagi yyyuuukkk,
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah ke mana aku tak tahu.
Jauh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad;
Dengan damai mereka meninjau,
Kehidupan di bumi yang kecil amat.
Aku bernyanyi dengan suara,
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam laut yang beralun-alun.
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah ke mana aku tak tahu.
ketika ditanya oleh Bogi, apa maknanya? Ku jawab galau. Well, karena galau adalah kata yang populer saat ini, ketika kita menemukan kata-kata yang berasosiasi dengan galau seperti sendiri, laut, dan tak tahu maka kita akan langsung mengatakan bahwa penulis sedang galau. ini wajar, tapi mari kita kupas dari segi makna leksikalnya...
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah ke mana aku tak tahu.
"seseorang berada di atas kapal di tengah laut malam hari sendirian, angin yang mendorong kapalnya bergerak, jadi tak tahu akan dibawa kemana, timur/barat/utara/selatan"
Jauh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad;
Dengan damai mereka meninjau,
Kehidupan di bumi yang kecil amat.
"ia melihat bintang sebagai petunjuk, dimana ia berada, karena bintang sejak dahulu menjadi petunjuk arah"
Aku bernyanyi dengan suara,
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam laut yang beralun-alun.
"ia bernyanyi menghibur hati, namun suaranya tak terdengar karena berpacu dengan suara angin laut"
Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan seseorang yang sedang berlayar sendirian ditengah laut. Ia tidak sedang mengalami kegalauan. Menarik kaaaannn???? menurut Bogi, makna leksikal dan kiasan ini seperti 2 sisi koin, tak dapat dipisahkan. Puisi yang baik adalah puisi yang memiliki makna leksikal yang setali dengan makna kiasannya.
Kami mengiring jenazah hitam
depan kami kereta mati bergerak pelan
orang-orang tua berjalan menunduk diam
dicekam hitam bayangan:
makam muram awan muram
menanti perarakan ini diujung jalan.
Tapi kami selalu berebut kesempatan:
kami lempar pandang
kami lempar kembang
bila dara-dara berjengukan
dari jendela-jendela di sepanjang tepi jalan:
lihat, di mata mereka di bibir mereka
hidup memerah bemerkahan.
Begitu kami isi jarak sepanjang jalan
antara rumah tumpangan dan kesepian kuburan.
Bait pertama dan bait kedua bertentangan, yang satu menggambarkan suasana arakan jenazah, yang kedua menggambarkan kehidupan. Seakan belum cukup gamblang, penyair menuliskan lagi diakhir puisi kesimpulan dari tulisannya, Begitu kami isi jarak sepanjang jalan antara rumah tumpangan dan kesepian kuburan. *kematian dan kehidupan itu pendek jaraknya - my 2 cents*
cuplikan puisi terakhir:
Mejaku hendak dihiasi,
Kembang jauh dari gunung,
Kaupetik sekarangan kembang,
Jauh jalan panas hari,
Bunga layu setengah jalan.
puisi dengan perumpamaan, makna kiasan lebih kental dari makna leksikal.
hati sesorang diumpakan sebagai meja,
wanita diumpamakan sebagai kembang
Lukman dan Bogi menangkap makna kiasan yang berbeda.
Lukman: tak perlu mencari jodoh yang jauh, yang dekat pun sebenarnya ada, kejauhan ini akan membuat hubungan menjadi layu sebelum terjadi pernikahan.
Bogi: jangan pacaran terlalu lama, hubungan menjadi layu sebelum ke jenjang pernikahan.
Indahnya puisi adalah makna yang ditangkap setiap pembaca bisa berbeda satu sama lain. Tapi tak bisa disalahkan, karena puisi merupakan karya seni yang makna nya bergantung pada siapa yang menikmatinya. Puisi memiliki hubungan yang kuat dengan penulisnya dan pembacanya secara langsung, namun hubungan pembaca dengan penulis tidak lah penting, ketika kita mengenal penulisnya, maka kita akan mengotakkan makna dari puisi tersebut, hilanglah kenikmatan dalam membacanya.
Kata-kata yang dituliskan menjadi sebuah puisi tidak lah harus super duper keren atau super duper susah, tapi kata-kata sehari - hari yang kemudian dihaluskan atau diganti menjadi perumpamaan. Menyampaikan suatu nasihat atau amarah dengan puisi, hasilnya akan berbeda dengan menyampaikannya secara langsung (untuk beberapa tipe orang, seperti yang melankolis misal, penyampaian nasihat lewat puisi akan lebih mengena dibandingkan disampaikan secara langsung).
Pesan dari Bogi: jangan menyerah mengenal puisi, semua yang melalui proses, yang membutuhkan effort untuk mengenal dan memahami nya akan terasa lebih nikmat dan terngiang selalu. Masih banyak gerbang/pintu yang harus kita masuki sebelum kita dapat memahami makna puisi, jadiiiiii akan ada sesi selanjutnya! ihiy!
Ngariung kali ini ditutup dengan bermain membuat puisi dari kata-kata acak. Lucunya game ini diikuti anak-anak dari kulila (mar, noa dan agath - hola!). Karena mereka, kata-kata yang terkumpul menjadi lebih berwarna: patronus, harry potter, main, kuda, karpet, the valley, mantra, mandi, bubur, teh, ron, sepeda, indah, ... (lupaaa). Masing-masing membuat 2 kalimat dari kata-kata yang didapatkan dannnn dirangkai menjadi sebuah puisi oleh Bogi (belum di publish-ditunggu ya!)
Sampai berjumpa di ngariung selanjutnya!!!!
cheers,
B
0 comments: