Presencing

Januari 26, 2017 Unknown 0 Comments

Presencing. Berasal dari dua kata dasar: "presence" dan "sensing". Mengartikan bahwa kondisi dimana kita menyadari sepenuhnya diri kita di saat ini dan sekarang serta merasakan apa yang ada di dalam maupun di luar diri. Presencing ini merupakan proses dan inti gerakan dari apa yang digaungkan Theory U oleh Otto Scharmer untuk dapat mengakses potensi besar yang ada di dalam diri. Bagaimana caranya mengakses potensi besar kita? Dengan senantiasa membuka pikiran, hati, dan keinginan terhadap apa yang Semesta memberitahukan kepada diri kita dan berusaha menjawab dua pertanyaan penting: “Siapa diri kita? Apa tujuan maupun peran kita di dunia ini?”

Scharmer menjelaskan ada 5 prinsip utama agar kita dapat berada dalam kondisi presencing. Yang pertama yaitu Co-Initiating; kondisi dimana kita berupaya untuk terus membenahi diri sendiri dengan mendengarkan saran dan kritik orang lain serta mendengarkan suara hati sendiri: “Apa yang harus saya lakukan di dunia ini? Apa peran saya? Apa yang Tuhan inginkan kepada saya untuk orang tua, orang lain, dan bumi ini?”. Untuk dapat menjawabnya, latihan yang mudah adalah dengan melakukan introspeksi harian dengan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi dan mengobservasi respon kita terhadap kejadian tersebut.

Yang kedua yaitu Co-Sensing; kondisi dimana emosi, perasaan, dan sensitivitas kita saling terkoneksi dengan dunia luar atau lawan bicara kita. Untuk dapat memasukinya, kita diperlukan untuk mencari tempat yang senyamannya dengan diri kita dan paling potensial untuk mendengar hati dan pikiran kita secara terbuka. Kita juga diperlukan untuk terus berlatih mendengar secara mendalam dan berdialog terbuka dengan orang lain tanpa menilai atau mengadili dia terlebih dahulu.

Lalu yang ketiga yaitu Co-Presencing; kondisi dimana kita sedang menarik diri dari lingkungan dan berkontemplasi terhadap hidup kita sendiri. Proses kontemplasi ini bertujuan untuk menarik hikmah pelajaran apa saja yang sudah terjadi dengan ikhlas sepenuhnya apa yang sudah lewat dan memperkenankan kesadaran dalam kita untuk keluar untuk memperbaiki diri kita.

Yang keempat yaitu Co-Creating; kondisi dimana kita sudah bisa melewatkan yang lalu dan mencoba untuk membangun masa depan dengan melakukan eksplorasi percobaan demi percobaan. Melakukan suatu prototipe apa yang paling sesuai dengan diri kita dan lingkungan kita. Dalam tahap mengeksplorasi ini, kita juga diharuskan selalu membuka pikiran, hati, dan kehendak kita dan melakukan proses Co-Initiating, Co-Sensing, dan Co-Presencing bila dibutuhkan.

Dan yang terakhir yaitu Co-Evolving; kondisi dimana kita membangun inovasi baru terhadap lingkungan kita dan menawarkan maupun bekerja dengan mereka untuk bersama-sama memberikan perubahan ataupun nilai baru kepada masyarakat dan lingkungan.

Untuk mengakses potensi besar dalam diri kita pun, kita perlu selalu terkoneksi antara diri sendiri dan alam raya. Konektivitas yang mendalam terhadap diri ini sebenarnya sudah dijelaskan di beberapa tradisi bijak, seperti: Atman (Buddha), Brahman (Hindu), Allah (Muslim), Yahweh (Yahudi), Roh Kudus (Kristian), dan lain-lain. Setiap penamaan ini sejatinya memiliki nilai esensi yang sama yakni bagaimana kita dapat merasakan dan mengalami proses transendental terhadap Diri sejati atau Jiwa kita agar dapat memaknai dan memahami diri kita sepenuhnya dan alam semesta. Untuk melewati dan mengalaminya, dalam bahasan Teori U ini, kita diharuskan untuk bisa melewati proses hingga batasan di entri paling bawah atau "Presencing".

Kondisi Presencing merupakan tolok ukur dimana kita mengenal diri dengan senantiasa membuka pikiran, hati, dan kehendak dan menjauhi Voice of Judgement (VoJ), Voice of Cynicism (VoC), Voice of Fear (VoF).


Scharmer meyakini bahwa saat kita sudah bisa masuk ke dalam kondisi "I/Self" atau diri kita yang sejati, kita akan memasuki kondisi kebebasan fundamental dan mempunyai kapasitas besar untuk mencipta sesuai apa yang dirasakan dan apa yang dibicarakan ke dalam pikiran kita. Untuk itu, diharuskan melalui proses pelatihan diri dan senantiasa melatih kesadaran diri kita dari egosentris ke "ekosentris" alias kesadaran yang melihat ke dalam maupun ke luar diri.




Saya dan teman-teman komunitas Nirwasita, di dalam sesi ngariung tatap muka mencoba untuk berlatih masuk ke kondisi Presencing dengan metode Social Presencing Theater. Salah satu metode yang dilakukan yaitu bagaimana kita menyadari penuh diri kita saat ini, sekarang ini, dan mengajak pikiran untuk senantiasa hadir dan merasakan diri kita maupun dunia luar. Latihan ini dilakukan kurang lebih 20 menit dengan cara memosisikan badan kita dari tiduran dan mendengarkan penuh kesadaran-kesadaran kita dan membiarkan suara kesadaran itu yang menjadi nakhoda diri kita untuk kemanakah kita ingin bergerak.

Mindfulness of body. Mendengar kesadaran dan keinginan badan kita untuk bergerak ataupun diam.


Mungkin Kamu Menyukai Lainnya

0 comments: