Presencing
Presencing.
Berasal dari dua kata dasar: "presence" dan "sensing".
Mengartikan bahwa kondisi dimana kita menyadari sepenuhnya diri kita di saat
ini dan sekarang serta merasakan apa yang ada di dalam maupun di luar diri.
Presencing ini merupakan proses dan inti gerakan dari apa yang digaungkan
Theory U oleh Otto Scharmer untuk dapat mengakses potensi besar yang ada di
dalam diri. Bagaimana caranya mengakses potensi besar kita? Dengan senantiasa membuka
pikiran, hati, dan keinginan terhadap apa yang Semesta memberitahukan kepada diri
kita dan berusaha menjawab dua pertanyaan penting: “Siapa diri kita? Apa tujuan
maupun peran kita di dunia ini?”
Scharmer menjelaskan ada 5 prinsip utama agar kita dapat berada dalam kondisi presencing. Yang pertama yaitu Co-Initiating; kondisi dimana kita berupaya untuk terus membenahi diri sendiri dengan mendengarkan saran dan kritik orang lain serta mendengarkan suara hati sendiri: “Apa yang harus saya lakukan di dunia ini? Apa peran saya? Apa yang Tuhan inginkan kepada saya untuk orang tua, orang lain, dan bumi ini?”. Untuk dapat menjawabnya, latihan yang mudah adalah dengan melakukan introspeksi harian dengan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi dan mengobservasi respon kita terhadap kejadian tersebut.
Yang kedua yaitu
Co-Sensing; kondisi dimana emosi,
perasaan, dan sensitivitas kita saling terkoneksi dengan dunia luar atau lawan
bicara kita. Untuk dapat memasukinya, kita diperlukan untuk mencari tempat yang
senyamannya dengan diri kita dan paling potensial untuk mendengar hati dan
pikiran kita secara terbuka. Kita juga diperlukan untuk terus berlatih
mendengar secara mendalam dan berdialog terbuka dengan orang lain tanpa menilai
atau mengadili dia terlebih dahulu.
Lalu yang ketiga
yaitu Co-Presencing; kondisi dimana
kita sedang menarik diri dari lingkungan dan berkontemplasi terhadap hidup kita
sendiri. Proses kontemplasi ini bertujuan untuk menarik hikmah pelajaran apa
saja yang sudah terjadi dengan ikhlas sepenuhnya apa yang sudah lewat dan
memperkenankan kesadaran dalam kita untuk keluar untuk memperbaiki diri kita.
Yang keempat
yaitu Co-Creating; kondisi dimana
kita sudah bisa melewatkan yang lalu dan mencoba untuk membangun masa depan
dengan melakukan eksplorasi percobaan demi percobaan. Melakukan suatu prototipe
apa yang paling sesuai dengan diri kita dan lingkungan kita. Dalam tahap mengeksplorasi
ini, kita juga diharuskan selalu membuka pikiran, hati, dan kehendak kita dan
melakukan proses Co-Initiating,
Co-Sensing, dan Co-Presencing bila dibutuhkan.
Dan yang
terakhir yaitu Co-Evolving; kondisi
dimana kita membangun inovasi baru terhadap lingkungan kita dan menawarkan
maupun bekerja dengan mereka untuk bersama-sama memberikan perubahan ataupun nilai
baru kepada masyarakat dan lingkungan.
Untuk mengakses
potensi besar dalam diri kita pun, kita perlu selalu terkoneksi antara diri
sendiri dan alam raya. Konektivitas yang mendalam terhadap diri ini sebenarnya
sudah dijelaskan di beberapa tradisi bijak, seperti: Atman (Buddha), Brahman
(Hindu), Allah (Muslim), Yahweh (Yahudi), Roh Kudus (Kristian), dan lain-lain.
Setiap penamaan ini sejatinya memiliki nilai esensi yang sama yakni bagaimana
kita dapat merasakan dan mengalami proses transendental terhadap Diri sejati
atau Jiwa kita agar dapat memaknai dan memahami diri kita sepenuhnya dan alam
semesta. Untuk melewati dan mengalaminya, dalam bahasan Teori U ini, kita
diharuskan untuk bisa melewati proses hingga batasan di entri paling bawah atau
"Presencing".
Scharmer
meyakini bahwa saat kita sudah bisa masuk ke dalam kondisi "I/Self"
atau diri kita yang sejati, kita akan memasuki kondisi kebebasan fundamental
dan mempunyai kapasitas besar untuk mencipta sesuai apa yang dirasakan dan apa
yang dibicarakan ke dalam pikiran kita. Untuk itu, diharuskan melalui proses
pelatihan diri dan senantiasa melatih kesadaran diri kita dari egosentris ke
"ekosentris" alias kesadaran yang melihat ke dalam maupun ke luar
diri.
Saya dan
teman-teman komunitas Nirwasita, di dalam sesi ngariung tatap muka mencoba
untuk berlatih masuk ke kondisi Presencing
dengan metode Social Presencing Theater.
Salah satu metode yang dilakukan yaitu bagaimana kita menyadari penuh diri kita
saat ini, sekarang ini, dan mengajak pikiran untuk senantiasa hadir dan
merasakan diri kita maupun dunia luar. Latihan ini dilakukan kurang lebih 20
menit dengan cara memosisikan badan kita dari tiduran dan mendengarkan penuh kesadaran-kesadaran
kita dan membiarkan suara kesadaran itu yang menjadi nakhoda diri kita untuk
kemanakah kita ingin bergerak.
Mindfulness of body. Mendengar kesadaran dan keinginan badan kita untuk bergerak ataupun diam. |
0 comments: