12 Indra Manusia Menurut Rudolf Steiner

Januari 27, 2017 Unknown 0 Comments

Ngariung Januari
Pemateri: Teh Agi
Penulis: Lukman

Pada umumnya kita mengenal manusia memiliki panca indra. Rudolf Steiner kemudian menjabarkan bahwa manusia memiliki 12 indra untuk dapat hidup dan berkembang di dunia. Dengan mempelajari 12 indra ini (7 tambahan indra diluar panca indra) dapat membantu kita memahami kebutuhan tumbuh kembang anak. Hal ini dikarenakan pada masa tumbuh kembang anak, ke 12 indra ini belum terbentuk secara sempurna.

Menurut Rudolf Steiner, ketika ke 12 indra ini tidak terbentuk sempurna ketika kecil. Maka kita akan kesulitan menjalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
Bahkan Rudolf Steiner menjelaskan salah satu upaya untuk terus mengasah keseluruhan indra adalah dengan meditasi (ibadah untuk umat beragama). Sementara anak-anak memang dalam proses mengasah ke 12 indra tersebut. Rudolf Steiner berkata “The child does not need this as meditation means re-connecting and the child is still connected to the spirit world.”
(Menariknya saya sendiri jadi mendapat gambaran alasan kenapa Islam mnganjurkan kita mengajarkan shalat mulai di usia 7 tahun, bukan dibawah itu)

Rudolf Steiner mengelompokkan ke 12 indra ke dalam 3 kelompok besar yang dipisahkan berdasarkan fungsi serta kapan indra tersebut mulai diasah (berdasarkan kebutuhan anak).



The Lower Sense atau Indra Fisikal – merupakan indra yang berfungsi memberikan kesadaran akan diri , indra ini terbentuk pada tahap 7 tahun pertama. Fungsi dari indra ini adalah supaya anak-anak dapat mengenal tubuh fisiknya secara utuh. Adapun Lower Sense antara lain
  • Indra Kehidupan – indra untuk mengenal kondisi diri (keharmonisan tubuh) apakah tubuh sedang berfungsi dengan baik atau tidak melalui rasa sakit, lapar dsb. Indra ini sangat penting untuk anak-anak usia 0-7 tahun karena pada usia ini anak-anak masih beradaptasi terhadap tubuh fisiknya, salah satu cara berkenalan dengan tubuh fisiknya tersebut adalah dengan dapat merasakan kondisi tubuh fisiknya melalui indra kehidupan.
  • Indra Sentuhan – indra yang berfungsi untuk mendeskripsikan permukaan benda yang disentuh.
  • Indra Gerakan – berfungsi untuk mampu mengendalikan pergerakan tubuh termasuk dalam menghentikan gerak tubuh. Indra gerakan termasuk dalam kemampuan kita mengenal gerakan (seperti merasakan kendaraan melaju cepat)
  • Indra Keseimbangan – terletak di bagian telinga kita, memberikan kesadaran akan ruang seperti posisi tubuh (berdiri/duduk), jarak jauh/dekat, atas/bawah, kiri/kanan, depan/belakang.
The middle senses - Indra ini berfungsi merasakan informasi (stimulus) yang kita dapat dari luar tubuh. Indra ini mulai diasah pada usia 7-14 tahun. The Feeling Sense antara lain
  • Indra Penglihatan – bagaimana kita mengenal cahaya, warna, dan pergerakan. Cara terbaik untuk mengoptimalkan tumbuh kembang indra penglihatan adalah dengan menghindarkan dari paparan cahaya berlebih yang terkandung dari TV, tablet, komputer, dll.
  • Indra Penciuman – bagaimana kita bisa mendeskripsikan sebuah bau
  • Indra Perasa – bagaimana kita dapat merasakan rasa dari makanan yang kita konsumsi. Indra perasa yang sehat, idealnya juga mampu mengenal makanan tersebut baik atau buruk untuk tubuh kita.
  • Indra Kehangatan – bagaimana kita dapat mendeskripsikan rasa panas dan rasa dingin, indra ini tidak hanya menjabarkan secara fisik (suhu) melainkan secara kejiwaan juga (seperti perasaan hangat akan penerimaan, atau perasaan dingin akan penolakan)
The Upper Sense – merupakan indra yang berfungsi untuk membantu kita berkomunikasi. Indra ini mulai diasah pada usia 14-21 tahun sebagai bekal anak sebelum menuju kedewasaan.

  • Indra Pendengaran – indra ini adalah indra yang berfungsi bagaimana kita mengenal dan mendeskripsikan sebuah suara. Rudolf Steiner mendeskripsikan ada dua jenis suara yaitu mendengar suara dan mendengar kata. Ketika kita mendengar suara, maka kita meresponnya dengan tubuh fisik saja. Sementara ketika mendengar kata, maka kita menggunakan indra perkataan dan pemahaman untuk mengolah makna dibalik kumpulan kata yang terucap.
  • Indra Perkataan – indra ini adalah indra yang berfungsi bagaimana kita menangkap sebuah kata-kata yang diutarakan orang lain baik melalui tulisan, maupun lisan.
  • Indra Pemahaman – adalah kemampuan mengolah kumpulan informasi dari orang lain hingga menjadi satu kesatuan informasi yang utuh.
  • Indra ego – adalah indra merasakan eksistensi orang lain (atau makhluk hidup lain).
Sumber tambahan:
http://tomvangelder.antrovista.com/sense-of-ego-135m50.html
http://fairydustteaching.com/2011/01/the-twelve-senses/

0 comments:

Presencing

Januari 26, 2017 Unknown 0 Comments

Presencing. Berasal dari dua kata dasar: "presence" dan "sensing". Mengartikan bahwa kondisi dimana kita menyadari sepenuhnya diri kita di saat ini dan sekarang serta merasakan apa yang ada di dalam maupun di luar diri. Presencing ini merupakan proses dan inti gerakan dari apa yang digaungkan Theory U oleh Otto Scharmer untuk dapat mengakses potensi besar yang ada di dalam diri. Bagaimana caranya mengakses potensi besar kita? Dengan senantiasa membuka pikiran, hati, dan keinginan terhadap apa yang Semesta memberitahukan kepada diri kita dan berusaha menjawab dua pertanyaan penting: “Siapa diri kita? Apa tujuan maupun peran kita di dunia ini?”

Scharmer menjelaskan ada 5 prinsip utama agar kita dapat berada dalam kondisi presencing. Yang pertama yaitu Co-Initiating; kondisi dimana kita berupaya untuk terus membenahi diri sendiri dengan mendengarkan saran dan kritik orang lain serta mendengarkan suara hati sendiri: “Apa yang harus saya lakukan di dunia ini? Apa peran saya? Apa yang Tuhan inginkan kepada saya untuk orang tua, orang lain, dan bumi ini?”. Untuk dapat menjawabnya, latihan yang mudah adalah dengan melakukan introspeksi harian dengan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi dan mengobservasi respon kita terhadap kejadian tersebut.

Yang kedua yaitu Co-Sensing; kondisi dimana emosi, perasaan, dan sensitivitas kita saling terkoneksi dengan dunia luar atau lawan bicara kita. Untuk dapat memasukinya, kita diperlukan untuk mencari tempat yang senyamannya dengan diri kita dan paling potensial untuk mendengar hati dan pikiran kita secara terbuka. Kita juga diperlukan untuk terus berlatih mendengar secara mendalam dan berdialog terbuka dengan orang lain tanpa menilai atau mengadili dia terlebih dahulu.

Lalu yang ketiga yaitu Co-Presencing; kondisi dimana kita sedang menarik diri dari lingkungan dan berkontemplasi terhadap hidup kita sendiri. Proses kontemplasi ini bertujuan untuk menarik hikmah pelajaran apa saja yang sudah terjadi dengan ikhlas sepenuhnya apa yang sudah lewat dan memperkenankan kesadaran dalam kita untuk keluar untuk memperbaiki diri kita.

Yang keempat yaitu Co-Creating; kondisi dimana kita sudah bisa melewatkan yang lalu dan mencoba untuk membangun masa depan dengan melakukan eksplorasi percobaan demi percobaan. Melakukan suatu prototipe apa yang paling sesuai dengan diri kita dan lingkungan kita. Dalam tahap mengeksplorasi ini, kita juga diharuskan selalu membuka pikiran, hati, dan kehendak kita dan melakukan proses Co-Initiating, Co-Sensing, dan Co-Presencing bila dibutuhkan.

Dan yang terakhir yaitu Co-Evolving; kondisi dimana kita membangun inovasi baru terhadap lingkungan kita dan menawarkan maupun bekerja dengan mereka untuk bersama-sama memberikan perubahan ataupun nilai baru kepada masyarakat dan lingkungan.

Untuk mengakses potensi besar dalam diri kita pun, kita perlu selalu terkoneksi antara diri sendiri dan alam raya. Konektivitas yang mendalam terhadap diri ini sebenarnya sudah dijelaskan di beberapa tradisi bijak, seperti: Atman (Buddha), Brahman (Hindu), Allah (Muslim), Yahweh (Yahudi), Roh Kudus (Kristian), dan lain-lain. Setiap penamaan ini sejatinya memiliki nilai esensi yang sama yakni bagaimana kita dapat merasakan dan mengalami proses transendental terhadap Diri sejati atau Jiwa kita agar dapat memaknai dan memahami diri kita sepenuhnya dan alam semesta. Untuk melewati dan mengalaminya, dalam bahasan Teori U ini, kita diharuskan untuk bisa melewati proses hingga batasan di entri paling bawah atau "Presencing".

Kondisi Presencing merupakan tolok ukur dimana kita mengenal diri dengan senantiasa membuka pikiran, hati, dan kehendak dan menjauhi Voice of Judgement (VoJ), Voice of Cynicism (VoC), Voice of Fear (VoF).


Scharmer meyakini bahwa saat kita sudah bisa masuk ke dalam kondisi "I/Self" atau diri kita yang sejati, kita akan memasuki kondisi kebebasan fundamental dan mempunyai kapasitas besar untuk mencipta sesuai apa yang dirasakan dan apa yang dibicarakan ke dalam pikiran kita. Untuk itu, diharuskan melalui proses pelatihan diri dan senantiasa melatih kesadaran diri kita dari egosentris ke "ekosentris" alias kesadaran yang melihat ke dalam maupun ke luar diri.

0 comments: