Diskusi Buku " From Seed to Cedar "

Oktober 24, 2016 Unknown 0 Comments

Sumber seedtocedar.com

Ngariung Nirwasita 28 Agustus 2016
Pendidikan Anak Berdasarkan Ajaran Islam
bersumber dari buku From Seed to Cheddar oleh Fatullah Gullen

Buku ini mengajak kita untuk mempersiapkan diri dalam menjadi seorang pendidik, dalam mengasuh dan mendidik anak ada beberapa tahapan yang penting yang sebaiknya kita ketahui terlebih dahulu.
Tahapan ini berfungsi untuk mengetahui :

  1. Sudah sejauh apa persiapan atau proses kita dalam mendidik Anak?
  2. Evaluasi diri (ataupun bersama pasangan) dalam mendidik Anak

Secara garis besar, Gullen membagi tahap pendidikan Anak menjadi dua, yaitu pre dan proses. 
Jika di korelasikan dengan judul buku yaitu From Seed to Cedar, tahap pre ibarat bagaimana kita mempersiapkan tanah yang menjadi tempat menanam benih, sedangkan tahap proses adalah tahap tumbuh kembang dari bibit tersebut (seed) hingga menjadi tanaman (cedar) dewasa.

Tahap Pre berfokus pada persiapan diri dan pernikahan

Beberapa poin penting yang harus kita persiapkan dalam persiapan diri adalah :

1. Doa (niat), doa memiliki fungsi spiritual untuk membantu kita memberikan arahan dan tujuan awal dalam mempersiapkan diri mendidik anak.
Doa atau niatan terkait pendidikan anak tercantum dalam surah Al Baqarah ayat 128 , yang tafsirannya sebagai berikut :
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Kemudian di surat Al Imran ayat 38  
"Pada waktu itu berdoalah Zakaria kepada Tuhannya, katanya:" Ya Tuhanku, beri­lah kepadaku dari sisi Engkau keturunan yang baik. Sesungguhnya engkau adalah Pendengar permohonan .""

2. Penyiapan yang bersifat duniawi seperti nafkah, tempat tinggal dan sebagainya. 

3. Pendidikan atau Ilmu, ibarat doa adalah niat maka pendidikan adalah bentuk ikhtiar kita dalam mempersiapkan diri. Yaitu dengan memperkaya diri akan ilmu-ilmu terkait pernikahan dan pendidikan anak (ini yang kita lakukan di Nirwasita kan? hehe)

Lalu, ketika sudah dalam pernikahan ;
  1. Tujuan dari pernikahan yang merupakan upaya membangun peradaban. 
  2. Mempersiapkan kondisi berdasarkan hukum pernikahan yaitu haram, makruh, sunnah, dan wajib. Penting bagi kita untuk memiliki kesadaran status hukum kita dan calon pasangan kita. Dianjurkan kedua pasangan sudah berada dalam tahap minimal sunnah untuk menikah.
  3. Niat dalam menjalin hubungan pernikahan.
  4. Proses pemilihan, dalam proses pemilihan ditekankan bahwa dalam memilih pasangan bukan berfokus pada baik atau tidak baik melainkan pada cocok dan tidak cocok. Karena pada hakikatnya baik dan tidak baik adalah bentuk penghakiman manusia terhadap kualitas manusia (sementara baik buruk manusia hanya diketahui oleh Allah Yang Maha Mengetahui), yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan pasangan terbaik adalah dengan meningkatkan kualitas diri.
  5. Memahami tugas seorang ayah dan kebaikan seorang ibu, ayah cenderung berkaitan dengan segala hal yang terukur seperti nafkah, tempat tinggal, keamanan dan lain-lain, sedangkan ibu cenderung pada hal yang tak terukur seperti kasih sayang dan rasa nyaman.

Nah, setelah tahap "persiapan tanah" siap, maka kita melangkah pada tahap menumbuhkan benih yaitu proses. Tahap proses dibagi menjadi 3 pokok bahasan yaitu :

1. Awareness / Kesadaran Diri

Awareness adalah dasar pola pikir yang penting untuk dijaga dalam mendidik anak. beberapa bentuk kesadaran diri yang harus kita ketahui adalah :

  • moral
  • manusia sebagai makhluk yang terhormat
  • kaitan antara negara, ulama, dan agama
  • menghargai makhluk hidup
  • decoration of worldly life (dunia dan keindahannya ini hanyalah dekorasi)

2. Building Environment/ Membangun Lingkungan
Tempat tinggal dan partner hidup anak (seperti guru dan teman sebaya). catatan: memang sulit untuk mengkondisikan lingkungan yang sehat apalagi di kota besar, perlu ada effort lebih dari orang tua untuk dapat menjaga anak agar tetap bersosialisasi tanpa terkena pengaruh negatif.

3. Proses pendidikan

  • Seriuslah dalam menanggapi anak. Tidak jarang orang dewasa menganggap remeh dialog dengan anak, mudah ingkar dll. Padahal hal ini dapat berpengaruh terhadap pola pikir atau melukai perasaan anak.
  • Mempersiapkan anak untuk masa depan yang cenderung dinamis. Masa depan adalah misteri yang hanya diketahui Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa mempersiapkan diri dan anak kita untuk dapat beradaptasi terhadap masa depan yang belum pasti.
  • Refleksi iman dalam tindakan, karena anak belajar dengan mengamati
  • Akrabkan dengan masjid
  • Ajarkan Quran (tidak sekedar mampu membaca, melainkan menanamkan pemahaman Al Quran sebagai kiriman dari Allah, hingga mampu mengamalkan dalam kehidupan)
  • Mencontohkan kebaikan
  • Waktu optimal anak untuk belajar Agama secara terstruktur (dengan kurikulum dan parameter capaian yang jelas) adalah antara 7-9 tahun
  • Menjawab pertanyaan dengan segera, guna menghilangkan dahaga anak akan rasa ingin tahu. Catatan: terkadang "tidak tahu" adalah jawaban yang bijaksana, hindari jawaban tanpa landasan yang kuat
  • Jaga wibawa sebagai orang tua, harus tetap ada jarak antara orang tua dan anak
  • Mengajarkan hari kebangkitan, manusia hidup bukan untuk mengejar duniawi semata

0 comments:

Perkembangan Anak 0-7 Tahun ala Pendidikan Waldorf

Oktober 24, 2016 Unknown 0 Comments

Pemateri: Teh Agie
Resume oleh: Fauzan

A.      Pendahuluan
Ngariung Nirwasita pada hari Minggu, 15 Mei 2016 lalu, membahas mengenai tahapan perkembangan anak mulai dari lahir hingga berusia 7 tahun. Tujuan dari mempelajari hal tersebut adalah untuk membantu anak mengeksplorasi potensi yang ada pada diri mereka.

B.      Tujuan Pendidikan Waldorf
Jika ada cabang baru dalam seni, pendidikan Waldorf merupakan salah satu cabang seni tersebut. Hal ini karena Waldorf merupakan seni memanusiakan manusia sejak usia dini. Pendidikan ini memberikan pengetahuan tentang perkembangan anak, mengamati anak-anak sebagai individu yang unik, memahami peran orang dewasa dalam perkembangan anak, juga bagaimana cara mengatasi kekacau-balauan (chaos) yang mungkin timbul ketika anak berkembang.
C.      Tahapan Perkembangan Anak
Dalam pendidikan Waldorf yang digagas oleh Rudolf Steiner, perkembangan anak dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
  • 0 sampai 2,5 tahun,
  • 2,5 tahun sampai 5 tahun, dan
  • 5 sampai 7 tahun


Mari kita mengupasnya satu per satu.

1.       Tahap 0 sampai 2,5 tahun
Pada usia ini, anak-anak anak-anak sudah memiliki keinginan, kemampuan untuk meniru (mengimitasi), mempelajari gesture/tingkah orang dewasa, berbuat baik, juga bersyukur. Semua indra yang berjumlah 12 [lihat Gambar 1] pada anak, sudah mulai berjalan.



Pada usia ini, biasanya anak-anak dipaksa orang dewasa untuk menggunakan fisik. Seperti menggunakan alat bantu jalan (baby walker) dan lain sebagainya. Padahal, belum tentu fisiknya kuat, karena perkembangan fisik anak berbeda-beda. Teh Agie menekankan bahwa anak-anak akan siap melakukan aktivitas fisik ketika tubuhnya sudah siap.

Tiga hal yang dipelajari anak pada usia ini adalah berjalan, berbicara, dan berpikir.

2.       Tahap 2,5 sampai 5 tahun
Imajinasi anak akan berkembang melalui ruang, waktu, dan ritme aktivitas hidupnya pada usia ini.
Kita dapat membagi ritme anak menjadi ritme harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Ritme harian misalnya jam berapa anak akan makan atau tidur. Mingguan misalnya bertamasya di akhir pekan, bulanan dan tahunan misalnya waktu untuk mudik. Dengan ritme yang teratur, anak-anak akan merasa aman karena sudah terbiasa. Anak-anak atau manusia pada umumnya memerlukan ‘rasa aman’ agar dapat mengeluarkan kemampuan khusus yang mereka miliki.

Dalam dimensi ruang, anak-anak perlu dibebaskan berimajinasi dengan memberikan obyek mainan yang natural. Hal ini dimaksudkan agar imajinasi anak dapat berkembang tanpa terkekang obyek tertentu seperti mainan yang memiliki bentuk (misal iron man, doraemon, dsb).

Pada usia ini, anak-anak mempelajari bagaimana berbicara, merasakan, mencintai, mengagumi keindahan, dan juga hadirnya otoritas.

3.       Tahap 5 sampai 7 tahun
Usia ini juga dikenal dengan masa transisi pada anak. Mereka sudah mulai mencari bimbingan (guidance) dari orang di sekitarnya.

Orang dewasa sudah dapat berbicara mengenai hal-hal yang seharusnya maupun yang tidak boleh dilakukan anak-anak. Tentu, sesuai dengan prinsip Waldorf, proses memberitahu hal-hal tersebut melalui cara otoritas secara tidak langsung (indirect authority). Misalnya, anak-anak diberikan contoh peristiwa yang mereka hadapi dengan kiasan-kiasan. Seperti menggunakan dongeng hewan misalnya.

Pada usia ini, anak-anak mulai mendengarkan secara bertahap. Mereka akan membayangkannya sedikit demi sedikit, maka tidak aneh apabila kita seringkali menjumpai anak-anak bertanya hal yang berulang-ulang di tahap perkembangan ini.

Orang dewasa sudah dapat memberikan keseimbangan antara fasilitas dan tanggung jawab pada anak. Tentu, sesuai dengan kemampuan mereka.

Pada tahapan ini, anak-anak dapat difasilitasi oleh orang dewasa untuk berpikir, tidak ketergantungan (independen), dapat memberikan pertimbangan, memberikan gagasan, mengetahui kebenaran, dan juga tanggung jawab.

D.      Penutup
Ringkasan tahapan perkembangan anak dapat dilihat pada Gambar 2.



Sekian & mohon dikoreksi. 

0 comments:

Agar puisi dapat dinikmati

Oktober 09, 2016 Unknown 0 Comments

OLA HOLA !

Ditaman-  
Keramaian menambah warna pagi
Wajah - wajah itu secerah matahari
Tak terkecuali tiga remaja:
berbagi - bercerita - bersenda gurau
Hingga matahari tepat diatas taman. 

(ceritanya mencoba membuat puisi :) )
--------------------------------------------------

Minggu pagi, kelas nirwasita dimulai dari menjawab sebuah pertanyaan, 
kapan suatu tulisan dikatakan sebuah puisi?

1. ketika memiliki banyak makna
2. membutuhkan usaha yang lebih untuk memahami nya
3. kata-katanya spesial

Menurut Bogi (narsum), semua jawaban ini benar. Lalu bagaimana cara kita bisa menikmati puisi-puisi-puisi yang sudah di cirikan diatas- ? Menurut Sapardi Djoko Damono, dalam bukunya Bilang begini, maksudnya begitu, untuk memahami puisi, kita harus melewati banyak gerbang untuk sampai memahami makna puisinya,,, dimulai dari memahami bahwa puisi itu memiliki citra visual, puisi memiliki citra bunyi, puisi memiliki makna. 

Puisi memiliki citra visual

Si John Periang adalah seorang pesuruh di Pasar Petani dan 
      tinggal di Bukit Babilonia di sebuah gubuk yang tak ber-
      nomor
Pada suatu malam ia pergi ke Warung Dua Puluh November
Ia minum
Ia menyanyi
Ia menari
Kemudian ia menceburkan diri ke dalam Telaga Rodrigo de
      Freitas dan tenggelam


Puisi, seperti layaknya karya seni, memiliki citra visual yang dibentuk oleh penulis. Apakah kalian menyadari bahwa cuplikan puisi diatas berasal dari berita di koran yang memberitakan bahwa John meninggal dengan cara bunuh diri menenggelamkan diri di telaga. Yang mana aslinya:

Si John Periang adalah seorang pesuruh di Pasar Petani dan tinggal di Bukit Babilonia di sebuah gubuk yang tak bernomor. Pada suatu malam ia pergi ke Warung Dua Puluh November, bersenang-senang, minum, menyanyi dan menari. Kemudian ia menceburkan diri ke dalam Telaga Rodrigo de Freitas dan tenggelam.

Sama layaknya dengan ketika kita melihat cover dari buku, menarik atau tidaknya buku kita nilai pertama dari visual covernya. Citra visual puisi dapat dibentuk dengan spasi ataupun bentuk tulisan. seperti:

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
                            v
viva pancasila!

Indah kan??? dari sebuah tulisan dikoran, kita dapat mengubahnya menjadi puisi, hanya dengan bermain di tampilan tulisannya. 

Puisi memiliki citra bunyi

Puisi memiliki bunyi yang berbeda dan mari kita cari citra bunyi dari setiap puisi agar bisa kita nikmati indahnya puisi tersebut. 

Terlipat
Terikat, 
Engkau mencari
Terang matahari

Melambai 
Melombai
Engkau beringin
Digerak angin.

Terhibur
Terlipur, 
Engkau bermalam
Di pinggir kolam. 

Mengeram
Mendendam, 
Engkau ditimbun
Sejuknya embun. 

(dibaca dulu yyuuuuukk) 
amati, ada citra visual yang ditampilkan penyair,
dan citra bunyi yang ada dengan cara dibunyikan. 
at-at-ri-ri
ai-ai-in-in
ur-ur-lam-lam
am-am-un-un

ber-rima yang cukup unik bukan? seolah belum cukup, Sapardi memberikan contoh lainnya:

Bayu berpuput alun digulung
Banyu direbut buih dibubung

Selat Malaka ombaknya memecah
Pukul-memukul belah-membelah

kira-kira apa bunyi yang ditampilkan penyair? *bunyi gemuruhnya ombak* (my 2cents)


Puisi memiliki makna

Setelah kita melihat citra visual dan citra bunyi, sekarang mari kita coba pahami makna nya. Puisi memiliki 2 makna, leksikal dan kiasan. Makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya dari kata-kata yang disampaikan. Makna kiasan merupakan makna tersirat yang dituliskan oleh penyair. 

Pukul anam nyang pagi-pagi, 
Datang samua bala kompani;
Dari Senen dan Meester lagi, 
Tambur dan musik pada berbunyi.

Bala itu sepanjang jalan, 
Dibariskan ada dengan aturan;
Prenta itu dengan kebetulan,
Semua ada dalam pelajaran. 

Barisan kampung dengan tumbaknya, 
Tuan asisten ada komandannya;
Di Mangga Besar betul jambatannya, 
Di situ mulai sambungnya. 

Mayor, kapten, dan litnan China, 
Semua bangsanya baris disana;
Kaya, miskin, dan nyang terhina, 
Hormat nyang patut dengan sempurna.

Di ujung barisan China ini, 
Soldadu polisi satu kompani, 
Dapat prenta biar begini, 
Sepanjang barisan disambungi. 

mari amati, citra visual dan citra bunyinya yaaa!
makna apa yang kalian dapatkan?
menurut saya, penulis ingin menggambarkan sebuah keadaan, siapa saja yang ada disana, bagaimana mereka berbaris, ada apa disana dan dimana terjadinya. *makna leksikal lebih kuat dibandingkan dengan makna kiasannya*

lagi yyyuuukkk, 

Alun membawa bidukku perlahan, 
Dalam kesunyian malam waktu, 
Tidak berpawang, tidak berkawan, 
Entah ke mana aku tak tahu.

Jauh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad;
Dengan damai mereka meninjau, 
Kehidupan di bumi yang kecil amat.

Aku bernyanyi dengan suara, 
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara, 
Dalam laut yang beralun-alun. 

Alun membawa bidukku perlahan, 
Dalam kesunyian malam waktu, 
Tidak berpawang, tidak berkawan, 
Entah ke mana aku tak tahu.

ketika ditanya oleh Bogi, apa maknanya? Ku jawab galau. Well, karena galau adalah kata yang populer saat ini, ketika kita menemukan kata-kata yang berasosiasi dengan galau seperti sendiri, laut, dan tak tahu maka kita akan langsung mengatakan bahwa penulis sedang galau. ini wajar, tapi mari kita kupas dari segi makna leksikalnya...

Alun membawa bidukku perlahan, 
Dalam kesunyian malam waktu, 
Tidak berpawang, tidak berkawan, 
Entah ke mana aku tak tahu.

"seseorang berada di atas kapal di tengah laut malam hari sendirian, angin yang mendorong kapalnya bergerak, jadi tak tahu akan dibawa kemana, timur/barat/utara/selatan" 

Jauh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad;
Dengan damai mereka meninjau, 
Kehidupan di bumi yang kecil amat.

"ia melihat bintang sebagai petunjuk, dimana ia berada, karena bintang sejak dahulu menjadi petunjuk arah"

Aku bernyanyi dengan suara, 
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara, 
Dalam laut yang beralun-alun. 

"ia bernyanyi menghibur hati, namun suaranya tak terdengar karena berpacu dengan suara angin laut"

Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan seseorang yang sedang berlayar sendirian ditengah laut. Ia tidak sedang mengalami kegalauan. Menarik kaaaannn???? menurut Bogi, makna leksikal dan kiasan ini seperti 2 sisi koin, tak dapat dipisahkan. Puisi yang baik adalah puisi yang memiliki makna leksikal yang setali dengan makna kiasannya.

Kami mengiring jenazah hitam
depan kami kereta mati bergerak pelan
orang-orang tua berjalan menunduk diam
dicekam hitam bayangan:
makam muram awan muram
menanti perarakan ini diujung jalan.

Tapi kami selalu berebut kesempatan:
kami lempar pandang
kami lempar kembang
bila dara-dara berjengukan
dari jendela-jendela di sepanjang tepi jalan:
lihat, di mata mereka di bibir mereka
hidup memerah bemerkahan.

Begitu kami isi jarak sepanjang jalan
antara rumah tumpangan dan kesepian kuburan.

Bait pertama dan bait kedua bertentangan, yang satu menggambarkan suasana arakan jenazah, yang kedua menggambarkan kehidupan. Seakan belum cukup gamblang, penyair menuliskan lagi diakhir puisi kesimpulan dari tulisannya, Begitu kami isi jarak sepanjang jalan antara rumah tumpangan dan kesepian kuburan. *kematian dan kehidupan itu pendek jaraknya - my 2 cents*

cuplikan puisi terakhir:

Mejaku hendak dihiasi, 
Kembang jauh dari gunung, 
Kaupetik sekarangan kembang, 
Jauh jalan panas hari, 
Bunga layu setengah jalan.

puisi dengan perumpamaan, makna kiasan lebih kental dari makna leksikal. 
hati sesorang diumpakan sebagai meja, 
wanita diumpamakan sebagai kembang

Lukman dan Bogi menangkap makna kiasan yang berbeda. 
Lukman: tak perlu mencari jodoh yang jauh, yang dekat pun sebenarnya ada, kejauhan ini akan membuat hubungan menjadi layu sebelum terjadi pernikahan. 
Bogi: jangan pacaran terlalu lama, hubungan menjadi layu sebelum ke jenjang pernikahan.

Indahnya puisi adalah makna yang ditangkap setiap pembaca bisa berbeda satu sama lain. Tapi tak bisa disalahkan, karena puisi merupakan karya seni yang makna nya bergantung pada siapa yang menikmatinya. Puisi memiliki hubungan yang kuat dengan penulisnya dan pembacanya secara langsung, namun hubungan pembaca dengan penulis tidak lah penting, ketika kita mengenal penulisnya, maka kita akan mengotakkan makna dari puisi tersebut, hilanglah kenikmatan dalam membacanya. 

Kata-kata yang dituliskan menjadi sebuah puisi tidak lah harus super duper keren atau super duper susah, tapi kata-kata sehari - hari yang kemudian dihaluskan atau diganti menjadi perumpamaan. Menyampaikan suatu nasihat atau amarah dengan puisi, hasilnya akan berbeda dengan menyampaikannya secara langsung (untuk beberapa tipe orang, seperti yang melankolis misal, penyampaian nasihat lewat puisi akan lebih mengena dibandingkan disampaikan secara langsung). 

Pesan dari Bogi: jangan menyerah mengenal puisi, semua yang melalui proses, yang membutuhkan effort untuk mengenal dan memahami nya akan terasa lebih nikmat dan terngiang selalu. Masih banyak gerbang/pintu yang harus kita masuki sebelum kita dapat memahami makna puisi, jadiiiiii akan ada sesi selanjutnya! ihiy!

Ngariung kali ini ditutup dengan bermain membuat puisi dari kata-kata acak. Lucunya game ini diikuti anak-anak dari kulila (mar, noa dan agath - hola!). Karena mereka, kata-kata yang terkumpul menjadi lebih berwarna: patronus, harry potter, main, kuda, karpet, the valley, mantra, mandi, bubur, teh, ron, sepeda, indah, ... (lupaaa). Masing-masing membuat 2 kalimat dari kata-kata yang didapatkan dannnn dirangkai menjadi sebuah puisi oleh Bogi (belum di publish-ditunggu ya!)

Sampai berjumpa di ngariung selanjutnya!!!!

cheers, 
B









0 comments: